Halaman

Sabtu, 03 Maret 2012

HUBUNGAN TINGKAT SUKU BUNGA DENGAN INVESTASI


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjat kehadirat Allah SWT.Karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyusun makalah yang berjudul “HUBUNGAN TINGKAT SUKU BUNGA DENGAN INVESTASI”
Saya juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang mengajarkan kami mengenai Ekonomi Makro dan terutama orang tua saya, yang telah memberikan saya motivasi dan materil dan tak lupa juga teman-teman yang telah memberikan motivasi kepada saya dalam menyelesaikan tugas ini dan dalam penyajian tugas ini.Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah yang saya susun berikut. Maka dari itu , saya mohon doa dan saran atas tugas yang saya telah saya susun ini.
Akhir kata kami harapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya, dan penulis khususnya.






Hormat Saya


Syarifah Eliza
710 222 0025


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................3
            LATAR BELAKANG MASALAH.............................................................4
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................9
BAB IV KESIMPULAN........................................................................................16
               SARAN.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap pelaku bisnis baik pengusaha, manajer, individu dalam menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis tidak terlepas dari berbagai alternatif keputusan investasi dan pembiayaan. Keputusan investasi dan pembiayaan merupakan keputusan yang saling bertalian seperti mata uang dengan dua sisi, dimana satu sisi adalah keputusan investasi maka di sisi lain adalah keputusan pembiayaan. Secara teoritis, keterandalan keputusan investasi dan pembiayaan sangatlah bergantung pada tingkat suku bunga yang berlaku. Menurut Lawrence J Gitman (2000) tingkat suku bunga merupakan kompensasi yang harus dibayar oleh pihak peminjam (borrower) dana kepada pihak yang meminjamkan (lender). Dari sudut pandang borrower tingkat suku bunga merupakan biaya penggunaan dana (cost of borrowing funds) yang harus dipertimbangkan dalam keputusan pembiayaan, sedangkan dari sudut pandang lender tingkat suku bunga merupakan tingkat hasil yang diharapkan (required return).

Pemahaman secara lebih mendalam tentang karateristik tingkat suku bunga sangat membantu keakuratan hasil keputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Dalam praktek, tingkat suku bunga diterjemahkan kedalam berbagai terminologi yang beraneka ragam. Keragaman terminologi suku bunga membawa konsekuensi pada penentuan besaran biaya penggunaan dana dan penentuan hasil yang diharapkan dari suatu proyek investasi. Banyak orang terkecoh dengan suku bunga yang ditawarkan, kebanyakan bagian marketing menggunakan suku bunga sebagai alat pamungkas untuk meningkatkan penjualan. Padahal, suku bunga tersebut memiliki karakteristik yang beraneka ragam, seperti suku bunga flat, suku bunga efektif, suku bunga in advance, suku bunga in arrear, suku bunga fixed, dan suku bunga floating.




Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara berkembang merupakan tujuan dari kegiatan investasi baik yang dilakukan oleh investor asing maupun yang dilakukan oleh investor dalam negeri. Akan tetapi apabila iklim investasi yang tidak ramah seperti terjadinya pemboman yang dilakukan oleh teroris di hampir seluruh Indonesia, kondisi politik yang tidak stabil, dan maraknya isu-isu yang menyesatkan dan kerusuhan di mana-mana maka investasi baru sulit untuk diwujudkan. Walaupun ada kegiatan investasi akan tetapi investasi tersebut hanya untuk memperluas ataupun membiayai investasi yang sudah ada sebelumnya.

Sementara tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini Indonesia memerlukan investasi baru untuk mengurangi tingkat pengangguran yang setelah krisis ekonomi melanda negeri ini semakin menggila. Semakin tinggi tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan pun semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan pendapatan masyarakat pun semakin rendah. Jalan keluar untuk mengatasi msalah ini adalah dengan menciptakan investasi baru agar masalah pengangguran dapat diatasi sehingga pendapatan masyarakat dapat mengalami peningkatan.

Selain faktor-faktor eksternal di atas ada juga faktor lain yang mempengaruhi kegiatan investasi yang berasal dari dalam dari kegiatan investasi yaitu tingkat suku bunga. Berdasarkan teori yang telah ada hubungan antara tingkat suku bunga dengan kegiatan investasi adalah berhubungan negatif, maksudnya apabila tingkat suku bunga mengalami penurunan maka investasi akan mengalami peningkatan dan sebaliknya apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka investasi mengalami penurunan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Suku bunga merupakan dana atas harga yang dipinjam (Reily and Brown,1997). Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku saat itu. Apakah akan menerbitkan sekuritas ekuitas atau hutang. Karena penerbitan obligasi atau penambahan hutang hanya dibenarkan jika tingkat bunganya lebih rendah. Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat.
Dalam dunia properti, suku bunga berperan dalam meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga berdampak kuat pada kinerja perusahaan properti yang berakibat langsung pada meningkatnya return saham. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
Pengaruh lain krisis financial global terhadap ekonomi makro adalah dari sisi tingkat suku bunga. Dengan naiknya kurs dollar , suku bunga akan naik karena Bank indonesia akan menahan rupiah sehingga akibatnya inflasi akan meningkat. Kedua , gabungan antara pengaruh kurs dollar tinggi dan suku bunga yang tinggi akan berdampak pada sektor investasi dan sektor riil, dimana investasi disektor riil seperti properti dan usaha kecil menengah (UKM) dalam hitungan semesteran akan sangat terganggu. Pengaruhnya pada investasi dipasar modal , krisis global ini akan membuat orang tidak lagi memilih pasar modal sebagai tempat  yang menarik untuk berinvestasi karena kondisi makro yang beruntung.
Krisis ekonomi di indonesia pada tahun 1997 juga menunjukan hubungan antara kondisi makro ekonomi terhadap kinerja saham , dimana dengan melemahnya nilai tukar rupiah telah berdampak besar terhadap pasar modal di indonesia. 
Investasi yang berani disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal. Dengan kata lain investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Menurut Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh para penanam modal yang menyangkut penggunaan sumber-sumber seperti peralatan, gedung, peralatan produksi dan mesin-mesin baru lainnya atau persediaan yang diharapkan akan memberikan keuntungan dari investasi tersebut.

Komarudin (1983) memberikan pengertian investasi yaitu:
a. Suatu tindakan membeli barang-barang modal.
b. Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan dimasa yang akan datang.
c. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat penyertaan lainnya.

Investasi menghimpun akumulasi modal dengan membangun sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi kegiatan produktif, maka output potensial suatu bangsa akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang juga akan meningkat. Jelas dengan demikian bahwa investasi memainkan peranan penting dalam menentukan jumlah
output dan pendapatan.

Kekuatan ekonomi utama yang menentukan investasi adalah hasil biaya investasi yang ditentukan oleh kebijakan tingkat bunga dan pajak, serta harapan mengenai masa depan (Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, 1993, 183). Faktor penentu investasi sangat tergantung pada situasi di masa depan yang sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan komponen yang paling mudah berubah. Usaha untuk mencatat nilai penanaman modal dilakukan dalam satu tahun tertentu yang digolongkan sebagai investasi, meliputi pengeluaran atau pembelanjaan untuk:
a. Seluruh pembelian para pengusaha atas barang modal dan membelanjakan untuk mendirikan industri-industri.
b. Pengeluaran masyarakat untuk mendirikan tempat tinggal.
c. pertambahan dalam nilai stok barang-barang perusahaan yang berupa bahan mentah, barang yang belum diproses dan barang jadi.

Adam smith menyatakan bahwa investasi dilakukan karena para pemilik modal mengharapkan untung dan harapan masa depan keuntungan bergantung pada iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan nyata. Smith yakin keuntungan cenderung menurun dengan adanya kemajuan ekonomi. Pada waktu laju pemupukan modal meningkat, persaingan yang meningkat antar pemilik modal akan menaikkan upah dan sebaliknya menurunkan keuntungan.

Menurut Harrod-Domar pengeluaran investasi (I) tidak hanya mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat (Z), tetapi juga terhadap penawaran agregat (S) melalui pengauhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam prespektif waktu yang lebih panjang ini. I menambah stok kapital (misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan dan sebagainya). Jadi I=  K, dimana K adalah stok kapital dalam masyarakat. Ini berarti pula peningkatan kapasitas produksi masyarakat dan selanjutnya berarti bergesernya kurva S ke kanan.

Pengeluaran Investasi

                                        P
                                                                                     S0
                                                       a                             b      S1
                                                           


    Z1
                                                                                   
                                                                                                Z0
                                                                                             
                                                                                             
                                                    O                                                                   Q
                                                               

a :   I menggeser Z lewat proses multiplier(jangka pendek).
b:    I menggeser S lewat pertambahan kapasitas produksi(jangka panjang)

Teori Konsep Marginal Efficiency of Capital
Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu Investasi akan di laksanakan atau tidak, tergantung pada perbandingan antara besarnya keuntungan yang di harapkan (yang menyatakan dalam persentase satuan waktu waktu) di suatu pihak dan biaya penggunaan dana atau tingkat bunga di pihak lain. Apabila tingkat bunga yang berlaku di pasar uang sebesar 2% setiap bulan (atau 24% setahun), sedangkan keuntungan yang di harapkan sebesar 50% maka investasi tersebut masih menguntungkan karena keuntungan (kotor) yang di harapkan 50% jadi melebihi ongkos pendanaan dapat di katakana 50%-
24% = 26% pertahun untuk 10 tahun. Maka jika pengusaha tersebut “rasional” investasi tersebut akan dilaksanakan Secara ringkas :
1. Jika keuntungan yang diharapkan (MEC) lebih besar dari pada
tingkat bunga, maka investasi di laksanakan.
2. jika MEC lebih kecil dari pada tingkat bunga maka investasi
tidak dilaksanakan.
3. Jika MEC = tingkat bunga maka investasi bias di laksanakan
dan bisa juga tidak
Dari uraian di atas, di ketahui bahwa berapa tingkat pengeluaran investasi yang di harapkan oleh para investasi di tentuakan oleh dua hal yaitu tingkat suku bunga yang berlaku dan marginal efficiency of capital. Perilaku makro para investor ini biasanya di ringkas dalam satu bentuk fungsi marginal efficiency of capital atau fungsi investasi.

Tiga hal yang perlu di garis bawahi mengenai fungsi investasi pertama funsi tersebut mempunyai slope, yang negative, artinya semakin rendah tingkat bunga semakin besar pula tingkat pengeluaran investasi yang di inginkan. Kedua, dalam kenyataan fungsi tersebut sulit untuk di peroleh sebab posisinya sangat stabil (mudah berubah dalam jangka waktu yang sangat singkat). Kelebihan fungsi investasi ini akan segera dapat di pahami karena posisinya sangat tergantung pada nilai MEC dari proyek-proyek yang ada dan bahwa MEC adalah keuntungan yang di harapkan oleh investor. Ketiga, yang perlu ditekankan adalah hubungan teori Keynes dengan kenyataan, khususnya masalah tersedianya dana investasi


.



BAB III
Pembahasan

Kepastian usaha merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi para pelaku ekonomi untuk menginvestasikan dananya sehingga pada akhirnya akan berdampak pada kinerja perekonomian secara keseluruhan. Salah satu variabel yang dijadikan sebagai indikator untuk menentukan para investor mau menanamkan dananya adalah stabilitas di pasar uang yang ditunjukkan dengan variabel suku bunga. Data mengenai investasi dan suku bunga  Indonesia ditunjukkan dengan tabel berikut :

Data awal
Tabel Investasi dan Suku bunga Indonesia
Tahun
Suku Bunga
Investasi
%
 (Milyar Rp)
1990
19
76196
1991
24.32
88671
1992
20.6
101194
1993
15.55
97213
1994
13.53
118707
1995
17.72
145118
1996
18.26
163453.4
1997
21.01
199301.1
1998
40.07
160326.9
1999
21.2
125010.6
2000
13.5
187284.4
2001
16.48
254089
2002
16.5
252289
2003
11.59
250000
Sumber : Badan Pusat Statistik

Pengujian Ekonometrika dengan menggunakan portable Eviews 4
     Program EVIEWS’ 4 merupakan perangkat lunak pengolahan data yang dikembangkan oleh Quantitative Micro Software (QMS) yang menggunakan pengembangan program Micro TSP yang berbasis Windows sehingga user dengan mudah dapat menggunakan mouse tanpa perlu mengetahui perintah-perintah langsung seperti pada program Mikro TSP versi sebelumnya.




Dependent Variable: INVESTASI
Method: Least Squares
Date: 01/07/11   Time: 13:41
Sample: 1990 2003
Included observations: 14
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob. 
C
198077.2
51401.41
3.853537
0.0023
SUKUBUNGA
-2057.802
2524.066
-0.815273
0.4308
R-squared
0.052482
    Mean dependent var
158489.5
Adjusted R-squared
-0.026478
    S.D. dependent var
62265.71
S.E. of regression
63084.65
    Akaike info criterion
25.07391
Sum squared resid
4.78E+10
    Schwarz criterion
25.16520
Log likelihood
-173.5173
    F-statistic
0.664670
Durbin-Watson stat
0.367235
    Prob(F-statistic)
0.430801


Dependent Variable: INVESTASI
Method: Least Squares
Date: 01/07/11   Time: 13:44
Sample: 1990 2003
Included observations: 14
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob. 
C
12.93369
1.082888
11.94370
0.0000
LSUKUBUNGA
-0.355384
0.370292
-0.959738
0.3561
R-squared
0.071286
    Mean dependent var
11.89959
Adjusted R-squared
-0.006106
    S.D. dependent var
0.403179
S.E. of regression
0.404408
    Akaike info criterion
1.158777
Sum squared resid
1.962547
    Schwarz criterion
1.250071
Log likelihood
-6.111439
    F-statistic
0.921097
Durbin-Watson stat
0.364878
    Prob(F-statistic)
0.356126



Dependent Variable: INVESTASI
Method: Least Squares
Date: 01/07/11   Time: 14:28
Sample: 1990 2003
Included observations: 14
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob. 
C
242589.5
57870.62
4.191929
0.0015
SUKUBUNGA
-1426.977
2452.127
-0.581934
0.5723
Z1
-814662.3
559059.2
-1.457202
0.1730
R-squared
0.205795
    Mean dependent var
158489.5
Adjusted R-squared
0.061394
    S.D. dependent var
62265.71
S.E. of regression
60324.05
    Akaike info criterion
25.04026
Sum squared resid
4.00E+10
    Schwarz criterion
25.17720
Log likelihood
-172.2818
    F-statistic
1.425167
Durbin-Watson stat
0.706292
    Prob(F-statistic)
0.281597


Dependent Variable: INVESTASI
Method: Least Squares
Date: 01/07/11   Time: 14:37
Sample: 1990 2003
Included observations: 14
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob. 
C
12.89148
1.053760
12.23379
0.0000
LSUKUBUNGA
-0.221845
0.374567
-0.592271
0.5656
Z2
3.29E-05
2.54E-05
1.297945
0.2209
R-squared
0.194630
    Mean dependent var
11.89959
Adjusted R-squared
0.048199
    S.D. dependent var
0.403179
S.E. of regression
0.393342
    Akaike info criterion
1.159136
Sum squared resid
1.701899
    Schwarz criterion
1.296077
Log likelihood
-5.113951
    F-statistic
1.329156
Durbin-Watson stat
0.635047
    Prob(F-statistic)
0.304072

 Model yang digunakan adalah dengan menggunakan model NON LINIER

Dependent Variable: INVESTASI
Method: Least Squares
Date: 01/07/11   Time: 14:28
Sample: 1990 2003
Included observations: 14
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob. 
C
242589.5
57870.62
4.191929
0.0015
SUKUBUNGA
-1426.977
2452.127
-0.581934
0.5723
Z1
-814662.3
559059.2
-1.457202
0.1730
R-squared
0.205795
    Mean dependent var
158489.5
Adjusted R-squared
0.061394
    S.D. dependent var
62265.71
S.E. of regression
60324.05
    Akaike info criterion
25.04026
Sum squared resid
4.00E+10
    Schwarz criterion
25.17720
Log likelihood
-172.2818
    F-statistic
1.425167
Durbin-Watson stat
0.706292
    Prob(F-statistic)
0.281597

Model non linier
A.      Infestasi = f (Suku bunga)
Ŷ = β0 + β1X1 + e
Y = 242589.5 – 1426.977X1
β0 = 242589.5
 Jika X1 (SKB) = 0, maka Y (infestasi asrata-rata Rp 242589.5 Milyar)
β1 = -1426.977
Jika X1 (SKB) naik 1%, maka Y (infestasi) turun Rp 1426.977Milyar
b. Teori
 Jika SKB naik, maka infestasi berkurang (-)
Jika infestasi naik, maka SKB bisa naik atau turun (+/-)
 Uji tanda
Y = infestasi
X1 = SKB
Persamaan regresi : Y = 242589.5 – 1426.977X1 (lolos uji tanda)
Uji tanda
β0 (two tail)
β1 (one tail)
Uji β0
Karena two tail, menggunakan cara probability
Prob. β0  = 0.0015
α = 0,05
Prob. β0 , maka H0 ditolak, β0 signifikan
Uji β1 (one tail)
H0 : β1 ≥ 0
 Ha : β1 < 0
 Nilai kritis : α = 0,05
t α, df (n-k)
t (0,05, 10) = 1,812
t β1 – 1426.977
Maka H0 ditolak : β1 signifikan
Uji F
Hipotesa : H0 : β0 = β1= 0
Ha : β0 β1 ≠ 0 : Koefisien β0,  β1,  signifikan sehingga ada pengaruh variable bebas secara serentak terhadap variable tidak bebas
Prob. F = 0
α = 0.05
Prob. F < α, maka Ho ditolak : ada pengaruh serentak dari SKB terhadap infestasi
Uji Goodness of Fit
Adj. R2 = 0.205795 = 20% < 70%, maka tidak lolos uji goodness of fit
       Kemampuan semua variable bebas (yaitu SKB) dalam menjelaskan perubahan variable tidak bebas (MD) adalah 20% sedangkan sisanya 80%  dijelaskan oleh faktor lain.
  1. Interpretasi Hasil Regresi :
        Persamaan hasil regresi tersebut tidak layak karena lolos uji t, uji F, Persamaan hasil regresi :
Y = 242589.5 – 1426.977X1
β0 = 242589.5
Jika X1 (SKB) = 0, maka Y (infestasi rata-rata Rp 242589.5Milyar)
 β1 =  – 1426.977

Setiap pelaku bisnis baik pengusaha ,manajer, individu dalam menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis tidak terlepas dari berbagai alternatif keputusan investasi dan pembiayaan. Keputusan investasi dan pembiayaan merupakan keputusan saling bertalian seperti mata uang dengan dua sisi. Dimana satu sisi adalah keputusan investasi maka di sisi lain adalah keputusan pembiayaan. Secara teoritis, keterandalan keputusan investasi dan pembiayaan sangatlah bergantung pada tingkat suku bunga yang berlaku. Menurut Lawrence J Gitman (2000) tingkat suku bunga merupakan kompensasi yang harus dibayar oleh pihak peminjam (borrower) dana  kepada pihak yang meminjamkan (lender). Dari sudut pandang borrower tingkat suku bunga merupakan biaya penggunaan dana (cost of borrowing funds) yang harus dipertimbangkan dalam keputusan pembiayaan sedangkan dari sudut pandang lender  tingakat suku bunga merupkan tingakat hasil yang diharapkan (required return).

Pemahan secara lebih mendalam tentang karakteristik tingkat suku bunga sangat membantu keakuratan hasil kkeputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Dalam praktek, tingkat suku diterjemahkan kedalam berbagai terminologi yang beraneka ragam. Keragaman terminologi suku bunga membawa konsekuensi pada penentuan besaran biaya penggunaan dana dan penentuan hasil yang diharapkan dari suatu proyek investasi. Banayak orang terkecoh dengan suku bunga sebagai alat pamungkas untuk meningkatkan penjualan. Padahal, suku bungan tersebut memiliki karakteristik yang beraneka ragam, seperti suku bunga flat, suku bunga efektif, suku bunga in advance, suku bunga in arrear,suku bunga fixed, dan suku bunga floating.
            






 BAB IV
 KESIMPULAN
Maka kesimpulan yang dapat diambil dari Hubungan tingkat suku bunga terhadap Harga Saham adalah :
         Tingkat suku bunga memiliki pengaruh yang besar terhadap harga saham
         Suku bunga yang lebih tinggi akan:
1.      Menurunkan kegiatan ekonomi
2.      Meningkatkan beban bunga
(dengan demikian menurunkan laba perusahaan)
3.      Menyebabkan investor menjual saham dan mentransfer dana pada pasar obligasi
         Jadi, semakin tinggi suku bunga akan menekan harga saham
         Tingkat suku bunga sulit dan bahkan tidak mungkin untuk diprediksi
         Maka, kebijakan keuangan yang baik harus menggunakan:
1.      Bauran utang jangka pendek dan jangka panjang
2.      Strategi perusahaan untuk bertahan pada berbagai suku bunga di masa depan
 Teori yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga berhubungan negatif dengan kegiatan investasi benar akan tetapi tidak berlaku lagi di masa sekarang ini. Kegiatan investasi tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat suku bunga akan tetapi dipengaruhi oleh faktor lain seperti situasi politik dan keamanan dalam negeri, keadaan ekonomi, dan ketidakpastian hukum, dan pergantian kepemimpinan negara dan pejabat yang terkait. Selain itu perubahan tingkat suku bunga hanya berpengaruh pada investor domestik akan tetapi investor asing dipengaruhi oleh faktor eksternal. Peran serta pemerintah sangat berpengaruh terhadap iklim investasi di Indonesia terutama dalam penentuan kebijakan-kebijakan dan perundang-undangan.Tingkat korupsi Indonesia yang sangat tinggi menyebabkan minat investor untuk berinvestasi semakin melemah. Akibat dari tidak adanya investasi baru di Indonesia menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia semakin bertambah besar hal ini menyebabkan tingkat kemiskinan di Indonesia pun semakin besar jumlahnya.

SARAN
Memahami suku bunga merupakan keharusan bagi setiap pelaku bisnis baik sebagai pelaku yang kelebihan dana (investor) maupun sebagai pelaku yang kekurangan dana (debitor). Bagi investor akan sangat membantu memilih alternatif-alternatif investasi yang lebih menguntungkan, dan bagi debitor akan berguna dalam mengambil keputusan pembiayaan guna mendanai investasi yang akan dilakukan agar menghasilkan biaya modal yang murah. Demikian tulisan ini dibuat, semoga bermanfaat dalam mengambil keputusan investasi maupun pembiayaan.

DAFTAR PUSTAKA

Pengantar ekonomi makro,TEAM PENGAMPUH.Fakultas Ekonomi.Unimed.2011
http://digilib.stiekesatuan.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptstiek-5ngy4qbbphgcxfuxgv4ewc3glifrvq-christanty-1917


1 komentar: