KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjat kehadirat Allah SWT.Karena atas
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyusun makalah yang berjudul “HUBUNGAN
TINGKAT SUKU BUNGA DENGAN INVESTASI”
Saya juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen yang mengajarkan kami mengenai Ekonomi Makro dan terutama orang tua saya,
yang telah memberikan saya motivasi dan materil dan tak lupa juga teman-teman
yang telah memberikan motivasi kepada saya dalam menyelesaikan tugas ini dan
dalam penyajian tugas ini.Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam makalah yang saya susun berikut. Maka dari itu , saya mohon doa
dan saran atas tugas yang saya telah saya susun ini.
Akhir kata kami harapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi
pembaca
pada umumnya, dan penulis khususnya.
Hormat
Saya
Syarifah
Eliza
710
222 0025
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
.......................................................................................3
LATAR BELAKANG
MASALAH.............................................................4
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................5
BAB III
PEMBAHASAN........................................................................................9
BAB IV
KESIMPULAN........................................................................................16
SARAN.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18
BAB
I
PENDAHULUAN
Setiap pelaku bisnis baik pengusaha,
manajer, individu dalam menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis tidak terlepas
dari berbagai alternatif keputusan investasi dan pembiayaan. Keputusan
investasi dan pembiayaan merupakan keputusan yang saling bertalian seperti mata
uang dengan dua sisi, dimana satu sisi adalah keputusan investasi maka di sisi
lain adalah keputusan pembiayaan. Secara teoritis, keterandalan keputusan
investasi dan pembiayaan sangatlah bergantung pada tingkat suku bunga yang
berlaku. Menurut Lawrence J Gitman (2000) tingkat suku bunga merupakan
kompensasi yang harus dibayar oleh pihak peminjam (borrower) dana kepada
pihak yang meminjamkan (lender). Dari sudut pandang borrower tingkat
suku bunga merupakan biaya penggunaan dana (cost of borrowing funds)
yang harus dipertimbangkan dalam keputusan pembiayaan, sedangkan dari sudut
pandang lender tingkat suku bunga merupakan tingkat hasil yang
diharapkan (required return).
Pemahaman secara lebih mendalam
tentang karateristik tingkat suku bunga sangat membantu keakuratan hasil
keputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Dalam praktek, tingkat suku bunga
diterjemahkan kedalam berbagai terminologi yang beraneka ragam. Keragaman
terminologi suku bunga membawa konsekuensi pada penentuan besaran biaya
penggunaan dana dan penentuan hasil yang diharapkan dari suatu proyek
investasi. Banyak orang terkecoh dengan suku bunga yang ditawarkan, kebanyakan
bagian marketing menggunakan suku bunga sebagai alat pamungkas untuk
meningkatkan penjualan. Padahal, suku bunga tersebut memiliki karakteristik
yang beraneka ragam, seperti suku bunga flat, suku bunga efektif, suku
bunga in advance, suku bunga in arrear, suku bunga fixed,
dan suku bunga floating.
Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara berkembang
merupakan tujuan dari kegiatan investasi baik yang dilakukan oleh investor
asing maupun yang dilakukan oleh investor dalam negeri. Akan tetapi apabila
iklim investasi yang tidak ramah seperti terjadinya pemboman yang dilakukan
oleh teroris di hampir seluruh Indonesia, kondisi politik yang tidak stabil,
dan maraknya isu-isu yang menyesatkan dan kerusuhan di mana-mana maka investasi
baru sulit untuk diwujudkan. Walaupun ada kegiatan investasi akan tetapi
investasi tersebut hanya untuk memperluas ataupun membiayai investasi yang
sudah ada sebelumnya.
Sementara tidak dapat dipungkiri
bahwa pada saat ini Indonesia memerlukan investasi baru untuk mengurangi
tingkat pengangguran yang setelah krisis ekonomi melanda negeri ini semakin
menggila. Semakin tinggi tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan pun semakin
tinggi. Hal ini mengakibatkan pendapatan masyarakat pun semakin rendah. Jalan
keluar untuk mengatasi msalah ini adalah dengan menciptakan investasi baru agar
masalah pengangguran dapat diatasi sehingga pendapatan masyarakat dapat mengalami
peningkatan.
Selain faktor-faktor eksternal di
atas ada juga faktor lain yang mempengaruhi kegiatan investasi yang berasal
dari dalam dari kegiatan investasi yaitu tingkat suku bunga. Berdasarkan teori
yang telah ada hubungan antara tingkat suku bunga dengan kegiatan investasi
adalah berhubungan negatif, maksudnya apabila tingkat suku bunga mengalami
penurunan maka investasi akan mengalami peningkatan dan sebaliknya apabila
tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka investasi mengalami penurunan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Suku
bunga merupakan dana atas harga yang dipinjam (Reily and Brown,1997).
Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal sangat dipengaruhi
oleh tingkat suku bunga yang berlaku saat itu. Apakah akan menerbitkan
sekuritas ekuitas atau hutang. Karena penerbitan obligasi atau penambahan
hutang hanya dibenarkan jika tingkat bunganya lebih rendah. Suku bunga yang
rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan
harga saham meningkat.
Dalam dunia
properti, suku bunga berperan dalam meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga
berdampak kuat pada kinerja perusahaan properti yang berakibat langsung pada
meningkatnya return saham. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
Pengaruh lain
krisis financial global terhadap ekonomi makro adalah dari sisi tingkat suku
bunga. Dengan naiknya kurs dollar , suku bunga akan naik karena Bank indonesia
akan menahan rupiah sehingga akibatnya inflasi akan meningkat. Kedua , gabungan
antara pengaruh kurs dollar tinggi dan suku bunga yang tinggi akan berdampak pada
sektor investasi dan sektor riil, dimana investasi disektor riil seperti
properti dan usaha kecil menengah (UKM) dalam hitungan semesteran akan sangat
terganggu. Pengaruhnya pada investasi dipasar modal , krisis global ini akan
membuat orang tidak lagi memilih pasar modal sebagai tempat yang menarik untuk berinvestasi karena
kondisi makro yang beruntung.
Krisis
ekonomi di indonesia pada tahun 1997 juga menunjukan hubungan antara kondisi
makro ekonomi terhadap kinerja saham , dimana dengan melemahnya nilai tukar
rupiah telah berdampak besar terhadap pasar modal di indonesia.
Investasi yang berani disebut juga dengan
istilah penanaman modal atau pembentukan modal. Dengan kata lain investasi
dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Menurut Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus,
investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh para penanam modal yang menyangkut
penggunaan sumber-sumber seperti peralatan, gedung, peralatan produksi dan
mesin-mesin baru lainnya atau persediaan yang diharapkan akan memberikan
keuntungan dari investasi tersebut.
Komarudin
(1983) memberikan pengertian investasi yaitu:
a.
Suatu tindakan membeli barang-barang modal.
b.
Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan dimasa yang
akan datang.
c.
Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat penyertaan lainnya.
Investasi menghimpun akumulasi modal dengan membangun
sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi kegiatan produktif, maka output
potensial suatu bangsa akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang
juga akan meningkat. Jelas dengan demikian bahwa investasi memainkan peranan
penting dalam menentukan jumlah
output
dan pendapatan.
Kekuatan ekonomi utama yang menentukan investasi
adalah hasil biaya investasi yang ditentukan oleh kebijakan tingkat bunga dan pajak,
serta harapan mengenai masa depan (Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, 1993,
183). Faktor penentu investasi sangat tergantung pada situasi di masa depan
yang sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan komponen yang paling
mudah berubah. Usaha untuk mencatat nilai penanaman modal dilakukan dalam satu
tahun tertentu yang digolongkan sebagai investasi, meliputi pengeluaran atau
pembelanjaan untuk:
a.
Seluruh pembelian para pengusaha atas barang modal dan membelanjakan untuk
mendirikan industri-industri.
b.
Pengeluaran masyarakat untuk mendirikan tempat tinggal.
c.
pertambahan dalam nilai stok barang-barang perusahaan yang berupa bahan mentah,
barang yang belum diproses dan barang jadi.
Adam smith menyatakan bahwa investasi dilakukan
karena para pemilik modal mengharapkan untung dan harapan masa depan keuntungan
bergantung pada iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan nyata. Smith
yakin keuntungan cenderung menurun dengan adanya kemajuan ekonomi. Pada waktu
laju pemupukan modal meningkat, persaingan yang meningkat antar pemilik modal
akan menaikkan upah dan sebaliknya menurunkan keuntungan.
Menurut Harrod-Domar
pengeluaran investasi (I) tidak hanya mempunyai pengaruh terhadap permintaan
agregat (Z), tetapi juga terhadap penawaran agregat (S) melalui pengauhnya
terhadap kapasitas produksi. Dalam prespektif waktu yang lebih panjang ini. I
menambah stok kapital (misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan dan sebagainya).
Jadi I= K, dimana K adalah stok kapital
dalam masyarakat. Ini berarti pula peningkatan kapasitas produksi masyarakat
dan selanjutnya berarti bergesernya kurva S ke kanan.
Pengeluaran Investasi
S0
a b S1
Z1
Z0
O Q
a : I menggeser Z lewat proses multiplier(jangka
pendek).
b: I menggeser S lewat pertambahan kapasitas
produksi(jangka panjang)
Teori Konsep Marginal Efficiency of
Capital
Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu
Investasi akan di laksanakan atau tidak, tergantung pada perbandingan antara besarnya
keuntungan yang di harapkan (yang menyatakan dalam persentase satuan waktu
waktu) di suatu pihak dan biaya penggunaan dana atau tingkat bunga di pihak lain.
Apabila tingkat bunga yang berlaku di pasar uang sebesar 2% setiap bulan (atau
24% setahun), sedangkan keuntungan yang di harapkan sebesar 50% maka investasi tersebut
masih menguntungkan karena keuntungan (kotor) yang di harapkan 50% jadi
melebihi ongkos pendanaan dapat di katakana 50%-
24%
= 26% pertahun untuk 10 tahun. Maka jika pengusaha tersebut “rasional”
investasi tersebut akan dilaksanakan Secara ringkas :
1.
Jika keuntungan yang diharapkan (MEC) lebih besar dari pada
tingkat
bunga, maka investasi di laksanakan.
2.
jika MEC lebih kecil dari pada tingkat bunga maka investasi
tidak
dilaksanakan.
3.
Jika MEC = tingkat bunga maka investasi bias di laksanakan
dan
bisa juga tidak
Dari uraian di atas, di ketahui bahwa berapa tingkat
pengeluaran investasi yang di harapkan oleh para investasi di tentuakan oleh
dua hal yaitu tingkat suku bunga yang berlaku dan marginal efficiency of
capital. Perilaku makro para investor ini biasanya di ringkas dalam satu bentuk
fungsi marginal efficiency of capital atau fungsi investasi.
Tiga hal yang perlu di garis bawahi mengenai fungsi
investasi pertama funsi tersebut mempunyai slope, yang negative, artinya semakin
rendah tingkat bunga semakin besar pula tingkat pengeluaran investasi yang di
inginkan. Kedua, dalam kenyataan fungsi tersebut sulit untuk di peroleh sebab
posisinya sangat stabil (mudah berubah dalam jangka waktu yang sangat singkat).
Kelebihan fungsi investasi ini akan segera dapat di pahami karena posisinya
sangat tergantung pada nilai MEC dari proyek-proyek yang ada dan bahwa MEC
adalah keuntungan yang di harapkan oleh investor. Ketiga, yang perlu ditekankan
adalah hubungan teori Keynes dengan kenyataan, khususnya masalah tersedianya
dana investasi
.
BAB III
Pembahasan
Kepastian usaha
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi para pelaku ekonomi untuk
menginvestasikan dananya sehingga pada akhirnya akan berdampak pada kinerja
perekonomian secara keseluruhan. Salah satu variabel yang dijadikan sebagai indikator untuk menentukan para investor mau menanamkan dananya adalah
stabilitas di pasar uang yang ditunjukkan dengan variabel suku bunga. Data
mengenai investasi dan suku bunga Indonesia ditunjukkan dengan tabel
berikut :
Data awal
Tabel Investasi dan Suku bunga Indonesia
Tahun
|
Suku Bunga
|
Investasi
|
%
|
(Milyar Rp)
|
1990
|
19
|
76196
|
1991
|
24.32
|
88671
|
1992
|
20.6
|
101194
|
1993
|
15.55
|
97213
|
1994
|
13.53
|
118707
|
1995
|
17.72
|
145118
|
1996
|
18.26
|
163453.4
|
1997
|
21.01
|
199301.1
|
1998
|
40.07
|
160326.9
|
1999
|
21.2
|
125010.6
|
2000
|
13.5
|
187284.4
|
2001
|
16.48
|
254089
|
2002
|
16.5
|
252289
|
2003
|
11.59
|
250000
|
Sumber
: Badan Pusat Statistik
Pengujian
Ekonometrika dengan menggunakan portable Eviews 4
Program
EVIEWS’ 4 merupakan perangkat lunak pengolahan data yang dikembangkan oleh Quantitative
Micro Software (QMS) yang menggunakan pengembangan program Micro TSP yang
berbasis Windows sehingga user dengan mudah dapat menggunakan mouse tanpa perlu
mengetahui perintah-perintah langsung seperti pada program Mikro TSP versi
sebelumnya.
Dependent
Variable: INVESTASI
|
Method:
Least Squares
|
Date:
01/07/11 Time: 13:41
|
Sample:
1990 2003
|
Included
observations: 14
|
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
C
|
198077.2
|
51401.41
|
3.853537
|
0.0023
|
SUKUBUNGA
|
-2057.802
|
2524.066
|
-0.815273
|
0.4308
|
R-squared
|
0.052482
|
Mean dependent var
|
158489.5
|
Adjusted
R-squared
|
-0.026478
|
S.D. dependent var
|
62265.71
|
S.E. of
regression
|
63084.65
|
Akaike info criterion
|
25.07391
|
Sum
squared resid
|
4.78E+10
|
Schwarz criterion
|
25.16520
|
Log
likelihood
|
-173.5173
|
F-statistic
|
0.664670
|
Durbin-Watson
stat
|
0.367235
|
Prob(F-statistic)
|
0.430801
|
Dependent
Variable: INVESTASI
|
Method:
Least Squares
|
Date:
01/07/11 Time: 13:44
|
Sample:
1990 2003
|
Included
observations: 14
|
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
C
|
12.93369
|
1.082888
|
11.94370
|
0.0000
|
LSUKUBUNGA
|
-0.355384
|
0.370292
|
-0.959738
|
0.3561
|
R-squared
|
0.071286
|
Mean dependent var
|
11.89959
|
Adjusted
R-squared
|
-0.006106
|
S.D. dependent var
|
0.403179
|
S.E. of regression
|
0.404408
|
Akaike info criterion
|
1.158777
|
Sum
squared resid
|
1.962547
|
Schwarz criterion
|
1.250071
|
Log
likelihood
|
-6.111439
|
F-statistic
|
0.921097
|
Durbin-Watson
stat
|
0.364878
|
Prob(F-statistic)
|
0.356126
|
|
Dependent
Variable: INVESTASI
|
Method:
Least Squares
|
Date:
01/07/11 Time: 14:28
|
Sample:
1990 2003
|
Included
observations: 14
|
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
C
|
242589.5
|
57870.62
|
4.191929
|
0.0015
|
SUKUBUNGA
|
-1426.977
|
2452.127
|
-0.581934
|
0.5723
|
Z1
|
-814662.3
|
559059.2
|
-1.457202
|
0.1730
|
R-squared
|
0.205795
|
Mean dependent var
|
158489.5
|
Adjusted
R-squared
|
0.061394
|
S.D. dependent var
|
62265.71
|
S.E. of
regression
|
60324.05
|
Akaike info criterion
|
25.04026
|
Sum
squared resid
|
4.00E+10
|
Schwarz criterion
|
25.17720
|
Log
likelihood
|
-172.2818
|
F-statistic
|
1.425167
|
Durbin-Watson
stat
|
0.706292
|
Prob(F-statistic)
|
0.281597
|
Dependent
Variable: INVESTASI
|
Method:
Least Squares
|
Date:
01/07/11 Time: 14:37
|
Sample:
1990 2003
|
Included observations:
14
|
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
C
|
12.89148
|
1.053760
|
12.23379
|
0.0000
|
LSUKUBUNGA
|
-0.221845
|
0.374567
|
-0.592271
|
0.5656
|
Z2
|
3.29E-05
|
2.54E-05
|
1.297945
|
0.2209
|
R-squared
|
0.194630
|
Mean dependent var
|
11.89959
|
Adjusted R-squared
|
0.048199
|
S.D. dependent var
|
0.403179
|
S.E. of
regression
|
0.393342
|
Akaike info criterion
|
1.159136
|
Sum
squared resid
|
1.701899
|
Schwarz criterion
|
1.296077
|
Log
likelihood
|
-5.113951
|
F-statistic
|
1.329156
|
Durbin-Watson
stat
|
0.635047
|
Prob(F-statistic)
|
0.304072
|
Model yang
digunakan adalah dengan menggunakan model NON LINIER
Dependent Variable:
INVESTASI
|
Method: Least Squares
|
Date:
01/07/11 Time: 14:28
|
Sample: 1990 2003
|
Included
observations: 14
|
Variable
|
Coefficient
|
Std. Error
|
t-Statistic
|
Prob.
|
C
|
242589.5
|
57870.62
|
4.191929
|
0.0015
|
SUKUBUNGA
|
-1426.977
|
2452.127
|
-0.581934
|
0.5723
|
Z1
|
-814662.3
|
559059.2
|
-1.457202
|
0.1730
|
R-squared
|
0.205795
|
Mean dependent var
|
158489.5
|
Adjusted R-squared
|
0.061394
|
S.D. dependent var
|
62265.71
|
S.E. of regression
|
60324.05
|
Akaike info criterion
|
25.04026
|
Sum squared resid
|
4.00E+10
|
Schwarz criterion
|
25.17720
|
Log likelihood
|
-172.2818
|
F-statistic
|
1.425167
|
Durbin-Watson stat
|
0.706292
|
Prob(F-statistic)
|
0.281597
|
Model
non linier
A. Infestasi
= f (Suku bunga)
Ŷ
= β0 + β1X1 + e
Y
= 242589.5 – 1426.977X1
β0
= 242589.5
Jika X1 (SKB) =
0, maka Y (infestasi asrata-rata Rp 242589.5 Milyar)
β1
= -1426.977
Jika
X1 (SKB) naik 1%, maka Y (infestasi) turun Rp 1426.977Milyar
b.
Teori
Jika SKB naik, maka infestasi berkurang (-)
Jika
infestasi naik, maka SKB bisa naik atau turun (+/-)
Uji tanda
Y
= infestasi
X1
= SKB
Persamaan
regresi : Y = 242589.5 – 1426.977X1 (lolos uji tanda)
Uji
tanda
β0
(two tail)
β1
(one tail)
Uji
β0
Karena
two tail, menggunakan cara probability
Prob.
β0 = 0.0015
α
= 0,05
Prob.
β0 <α , maka H0 ditolak, β0 signifikan
Uji
β1 (one tail)
H0
: β1 ≥ 0
Ha : β1 < 0
Nilai kritis : α = 0,05
t
α, df (n-k)
t
(0,05, 10) = 1,812
t
β1 – 1426.977
Maka
H0 ditolak : β1 signifikan
Uji
F
Hipotesa
: H0 : β0 = β1= 0
Ha
: β0 ≠ β1 ≠ 0 : Koefisien β0, β1,
signifikan sehingga ada pengaruh variable bebas secara serentak terhadap
variable tidak bebas
Prob.
F = 0
α
= 0.05
Prob.
F < α, maka Ho ditolak : ada pengaruh serentak dari SKB terhadap infestasi
Uji
Goodness of Fit
Adj.
R2 = 0.205795 = 20% < 70%, maka tidak lolos uji
goodness of fit
Kemampuan semua variable bebas (yaitu SKB) dalam menjelaskan perubahan variable
tidak bebas (MD) adalah 20% sedangkan sisanya 80% dijelaskan oleh faktor
lain.
- Interpretasi Hasil Regresi :
Persamaan hasil regresi tersebut tidak layak karena lolos uji t, uji F,
Persamaan hasil regresi :
Y
= 242589.5 – 1426.977X1
β0
= 242589.5
Jika
X1 (SKB) = 0, maka Y (infestasi rata-rata Rp 242589.5Milyar)
β1
= – 1426.977
Setiap pelaku bisnis baik pengusaha
,manajer, individu dalam menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis tidak terlepas
dari berbagai alternatif keputusan investasi dan pembiayaan. Keputusan
investasi dan pembiayaan merupakan keputusan saling bertalian seperti mata uang
dengan dua sisi. Dimana satu sisi adalah keputusan investasi maka di sisi lain
adalah keputusan pembiayaan. Secara teoritis, keterandalan keputusan investasi
dan pembiayaan sangatlah bergantung pada tingkat suku bunga yang berlaku.
Menurut Lawrence J Gitman (2000) tingkat suku bunga merupakan kompensasi yang
harus dibayar oleh pihak peminjam (borrower) dana kepada pihak yang meminjamkan (lender). Dari
sudut pandang borrower tingkat suku
bunga merupakan biaya penggunaan dana (cost of borrowing
funds) yang harus dipertimbangkan dalam keputusan pembiayaan sedangkan dari
sudut pandang lender tingakat suku bunga merupkan tingakat hasil
yang diharapkan (required return).
Pemahan secara lebih mendalam tentang karakteristik
tingkat suku bunga sangat membantu keakuratan hasil kkeputusan investasi dan
keputusan pembiayaan. Dalam praktek, tingkat suku diterjemahkan kedalam
berbagai terminologi yang beraneka ragam. Keragaman terminologi suku bunga
membawa konsekuensi pada penentuan besaran biaya penggunaan dana dan penentuan
hasil yang diharapkan dari suatu proyek investasi. Banayak orang terkecoh
dengan suku bunga sebagai alat pamungkas untuk meningkatkan penjualan. Padahal,
suku bungan tersebut memiliki karakteristik yang beraneka ragam, seperti suku
bunga flat, suku bunga efektif, suku
bunga in advance, suku bunga in arrear,suku bunga fixed, dan suku bunga
floating.
BAB IV
KESIMPULAN
Maka
kesimpulan yang dapat diambil dari Hubungan
tingkat suku bunga terhadap Harga Saham adalah :
•
Tingkat suku bunga memiliki pengaruh yang besar
terhadap harga saham
•
Suku bunga yang lebih tinggi akan:
1.
Menurunkan kegiatan ekonomi
2.
Meningkatkan beban bunga
(dengan demikian menurunkan laba perusahaan)
3.
Menyebabkan investor menjual saham dan mentransfer dana
pada pasar obligasi
•
Jadi, semakin tinggi suku bunga akan menekan harga
saham
•
Tingkat suku bunga sulit dan bahkan tidak mungkin
untuk diprediksi
•
Maka, kebijakan keuangan yang baik harus
menggunakan:
1.
Bauran utang jangka pendek dan jangka panjang
2.
Strategi perusahaan untuk bertahan pada berbagai
suku bunga di masa depan
Teori yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga berhubungan negatif
dengan kegiatan investasi benar akan tetapi tidak berlaku lagi di masa sekarang
ini. Kegiatan investasi tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat suku bunga
akan tetapi dipengaruhi oleh faktor lain seperti situasi politik dan keamanan
dalam negeri, keadaan ekonomi, dan ketidakpastian hukum, dan pergantian
kepemimpinan negara dan pejabat yang terkait. Selain itu perubahan tingkat suku
bunga hanya berpengaruh pada investor domestik akan tetapi investor asing
dipengaruhi oleh faktor eksternal. Peran serta pemerintah sangat berpengaruh
terhadap iklim investasi di Indonesia terutama dalam penentuan
kebijakan-kebijakan dan perundang-undangan.Tingkat korupsi Indonesia yang
sangat tinggi menyebabkan minat investor untuk berinvestasi semakin melemah.
Akibat dari tidak adanya investasi baru di Indonesia menyebabkan tingkat
pengangguran di Indonesia semakin bertambah besar hal ini menyebabkan tingkat
kemiskinan di Indonesia pun semakin besar jumlahnya.
SARAN
Memahami
suku bunga merupakan keharusan bagi setiap pelaku bisnis baik sebagai pelaku
yang kelebihan dana (investor) maupun sebagai pelaku yang kekurangan dana
(debitor). Bagi investor akan sangat membantu memilih alternatif-alternatif
investasi yang lebih menguntungkan, dan bagi debitor akan berguna dalam
mengambil keputusan pembiayaan guna mendanai investasi yang akan dilakukan agar
menghasilkan biaya modal yang murah. Demikian tulisan ini dibuat, semoga
bermanfaat dalam mengambil keputusan investasi maupun pembiayaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Pengantar ekonomi makro,TEAM PENGAMPUH.Fakultas
Ekonomi.Unimed.2011
http://digilib.stiekesatuan.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptstiek-5ngy4qbbphgcxfuxgv4ewc3glifrvq-christanty-1917